Globalisasi sebenarnya bukanlah suatu fenomena baru dalam sejarah peradaban dunia. Sebelum kemunculan negara-bangsa (nation-state),perdagangan dan migrasi lintas benua telah sejak lama berlangsung.Jauh sebelumnya, perdagangan regional telah membuat interaksi antarsuku bangsa terjadi secara alamiah.
Berbagai Definisi Globalisasi
Globalisasi sebagai sebuah fenomena multi dimensi pada titik tertentu melahirkan berbagai perspektif. Pada satu sisi para ilmuwan menganggap bahwa globalisasi adalah sebuah paradigrma ilmu (grand theory) dalam keilmuan sosial saja, padahal jika kita melihat aspek yang lebih luas dari pada globalisasi maka implikasi yang ditimbulkan globalisasi juga mengarah pada perubahan yang signifikan terhadap pola perkembangan sains dan teknologi dunia.
Sebagai sebuah konsep Globalisasi selalu identik dengan konsep pengurangan kedaulatan sebuah negara, penghilangan batas wilayah sebuah negara, kecanggihan teknologi, penyempitan ruang dunia dan pengembangan transaksi perdagangan berdasarkan kepada pemikiran perdagangan bebas.
Dalam pandangan sosiolog Jepang, Kenichi Ohmae misalnya globalisasi bukan saja membawa ideologi yang bersifat global dalam hal ini demokrasi liberal, tetapi juga turut mengancam proses pembentukan negara bangsa, karena globalisasi pada intinya ingin mewujudkan negara tanpa batas (Borderless).
Globalisasi sebagai sebuah fenomena multi dimensi pada titik tertentu melahirkan berbagai perspektif. Pada satu sisi para ilmuwan menganggap bahwa globalisasi adalah sebuah paradigrma ilmu (grand theory) dalam keilmuan sosial saja, padahal jika kita melihat aspek yang lebih luas dari pada globalisasi maka implikasi yang ditimbulkan globalisasi juga mengarah pada perubahan yang signifikan terhadap pola perkembangan sains dan teknologi dunia.
Sebagai sebuah konsep Globalisasi selalu identik dengan konsep pengurangan kedaulatan sebuah negara, penghilangan batas wilayah sebuah negara, kecanggihan teknologi, penyempitan ruang dunia dan pengembangan transaksi perdagangan berdasarkan kepada pemikiran perdagangan bebas.
Dalam pandangan sosiolog Jepang, Kenichi Ohmae misalnya globalisasi bukan saja membawa ideologi yang bersifat global dalam hal ini demokrasi liberal, tetapi juga turut mengancam proses pembentukan negara bangsa, karena globalisasi pada intinya ingin mewujudkan negara tanpa batas (Borderless).
Pada awal 1970-an perkembangan kapitalisme mencapai tahap keemasan dan pola perkembangan teknologi pada saat itu banyak mengadopsi perkembangan teknologi tinggi (high technology) akan tetapi ketika di-era 1990-an globalisasi datang maka pola perkembangan teknologi berubah menjadi lebih humanis dan penuh cita rasa.
Implikasi Globalisasi
Sebagai sebuah pendekatan yang mempunyai implikasi multi dimensi tentunya globalisasi juga akan multi implikasi, sebagai contoh misalnya dalam konteks perkembangan ilmu sosial secara tidak langsung juga akan berimplikasi pada perubahan dalam dunia sains dan teknologi.
Pada akhir abad 18 dan awal abad 19 ketika mesin uap diperkenalkan, masa itulah logika kapitalisme sebagai sebuah ideologi ekonomi mulai diperkenalkan.
Pada bagian lain, secara konkrit dalam dimensi politik terdapat dua akibat dari penemuan mesin uap tersebut, pertama, terjadinya persaingan untuk menguasai tanah antar tuan tanah dan kedua, berkembanganya paham kapitalisme.
Akibat dari kapitalisme tersebut kemudian pendekatan dalam ilmu sosial bergerak lebih jauh dengan munculnya anti tesa dari kapitalisme yaitu pendekatan marxisme, sebuah pendekatan yang mencoba memutus tali rantai dan meretas pola serakahisme manusia.
Di era tahun 1970-an, kapitalisme mencapai tahap keemasan, sebuah tahap dimana pembangunan dunia terutama negara-negara membangun dan sedang membangun harus masuk dalam skenario modernisasi, fokus dari modernisasi negara dunia ketiga kala itu ialah pembangunan berbasis high technology.
Di era itula yang kemudian melahirkan sebuah skenario pembangunan dalam ketergantungan (dependent development) antara negara dunia ketiga dan negara maju. Pada bagian lain, tahapan inilah yang kemudian melahirkan sebuah anti tesa baru terhadap pendekatan ilmu sosial secara umum, yang disebut sebagai pendekatan neo-marxisme.
Jika pada tahap awal antitesa ini berupa kampanye untuk menghilangkan serakahimse manusia dalam dimensi ekonomi, maka pada tahap lanjut neo-marxisme mengajak untuk negara-negara dunia ketiga keluar dari skenario pembangunan dalam ketergantungan (dependent development) melalui kemandirian ekonomi dan membina jaringan yang lebih kokoh antar negara-negara dunia ketiga.
Dalam konteks dunia teknologi, di era 1970-an akibat dari menifestasi pembangunan dalam ketergantungan (dependent development) tersebut, negara-negara dunia ketiga lebih mengutamakan pengembangan teknologi berat seperti mesin dan industri manufaktur dan sedikit melupakan basis humanisme dalam pengembangan teknologi tersebut.
Pada dimensi lanjut, globalisasi sebenarnya juga menghasilkan pendekatan yang tidak hanya bersifat ilmu sosial-ansich akan tetapi juga menyalak dan menyentuh persoalan perkembangan ilmu-ilmu sains dan teknologi. Secara minimal pengaruh tersebut termanifestasi dalam perubahan-perubahan paradigma kebijakan negara yang timbul akibat dari tekanan perkembangan globalisasi tersebut.
Hal ini yang kontras, ketika globalisasi menjadi sebuah pendekatan utama dalam ilmu sosial maka pola-pola perkembangan teknologi secara dramatis berubah, perkembangan teknologi di era sekarang sangat detail memperhatikan aspek humanisme dan tidak hanya berbicara teknologi saja akan tetapi juga memperhatikan aspek seni dan estetika.
Sebagai contoh HP atau hand phone pada masa kini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi (telpon dan sms) saja, lebih dari pada itu, para vendor perusahaan HP sekarang tidak lagi berkompetisi dari sisi kegunaaan ada semangat kompetisi berbasis budaya ’cita rasa’ dalam setiap penciptaan Hp tersebut sebagai contoh Blackberry dan Communicator. Hal konkrit diatas inilah yang merupakan akibat dari pendekatan globalisasi yang memasuki ranah pengembangan teknologi. Pada simpulan akhir, Globalisasi adalah fenomena multi dimensi yang meretas batas tidak hanya dalam dimensi politik, ekonomi, sosial akan tetapi implikasinya sampai juga pada tahap memengaruhi perkembangan dunia sains dan teknologi.
Implikasi Globalisasi
Sebagai sebuah pendekatan yang mempunyai implikasi multi dimensi tentunya globalisasi juga akan multi implikasi, sebagai contoh misalnya dalam konteks perkembangan ilmu sosial secara tidak langsung juga akan berimplikasi pada perubahan dalam dunia sains dan teknologi.
Pada akhir abad 18 dan awal abad 19 ketika mesin uap diperkenalkan, masa itulah logika kapitalisme sebagai sebuah ideologi ekonomi mulai diperkenalkan.
Pada bagian lain, secara konkrit dalam dimensi politik terdapat dua akibat dari penemuan mesin uap tersebut, pertama, terjadinya persaingan untuk menguasai tanah antar tuan tanah dan kedua, berkembanganya paham kapitalisme.
Akibat dari kapitalisme tersebut kemudian pendekatan dalam ilmu sosial bergerak lebih jauh dengan munculnya anti tesa dari kapitalisme yaitu pendekatan marxisme, sebuah pendekatan yang mencoba memutus tali rantai dan meretas pola serakahisme manusia.
Di era tahun 1970-an, kapitalisme mencapai tahap keemasan, sebuah tahap dimana pembangunan dunia terutama negara-negara membangun dan sedang membangun harus masuk dalam skenario modernisasi, fokus dari modernisasi negara dunia ketiga kala itu ialah pembangunan berbasis high technology.
Di era itula yang kemudian melahirkan sebuah skenario pembangunan dalam ketergantungan (dependent development) antara negara dunia ketiga dan negara maju. Pada bagian lain, tahapan inilah yang kemudian melahirkan sebuah anti tesa baru terhadap pendekatan ilmu sosial secara umum, yang disebut sebagai pendekatan neo-marxisme.
Jika pada tahap awal antitesa ini berupa kampanye untuk menghilangkan serakahimse manusia dalam dimensi ekonomi, maka pada tahap lanjut neo-marxisme mengajak untuk negara-negara dunia ketiga keluar dari skenario pembangunan dalam ketergantungan (dependent development) melalui kemandirian ekonomi dan membina jaringan yang lebih kokoh antar negara-negara dunia ketiga.
Dalam konteks dunia teknologi, di era 1970-an akibat dari menifestasi pembangunan dalam ketergantungan (dependent development) tersebut, negara-negara dunia ketiga lebih mengutamakan pengembangan teknologi berat seperti mesin dan industri manufaktur dan sedikit melupakan basis humanisme dalam pengembangan teknologi tersebut.
Pada dimensi lanjut, globalisasi sebenarnya juga menghasilkan pendekatan yang tidak hanya bersifat ilmu sosial-ansich akan tetapi juga menyalak dan menyentuh persoalan perkembangan ilmu-ilmu sains dan teknologi. Secara minimal pengaruh tersebut termanifestasi dalam perubahan-perubahan paradigma kebijakan negara yang timbul akibat dari tekanan perkembangan globalisasi tersebut.
Hal ini yang kontras, ketika globalisasi menjadi sebuah pendekatan utama dalam ilmu sosial maka pola-pola perkembangan teknologi secara dramatis berubah, perkembangan teknologi di era sekarang sangat detail memperhatikan aspek humanisme dan tidak hanya berbicara teknologi saja akan tetapi juga memperhatikan aspek seni dan estetika.
Sebagai contoh HP atau hand phone pada masa kini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi (telpon dan sms) saja, lebih dari pada itu, para vendor perusahaan HP sekarang tidak lagi berkompetisi dari sisi kegunaaan ada semangat kompetisi berbasis budaya ’cita rasa’ dalam setiap penciptaan Hp tersebut sebagai contoh Blackberry dan Communicator. Hal konkrit diatas inilah yang merupakan akibat dari pendekatan globalisasi yang memasuki ranah pengembangan teknologi. Pada simpulan akhir, Globalisasi adalah fenomena multi dimensi yang meretas batas tidak hanya dalam dimensi politik, ekonomi, sosial akan tetapi implikasinya sampai juga pada tahap memengaruhi perkembangan dunia sains dan teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar